Arsip Blog

Senin, 19 April 2021

Shalat Tahajud Lagi Setelah Shalat Tarawih

 

Shalat Tahajud Lagi Setelah Shalat Tarawih

 

Pertanyaan dari Sdr. Anggono, Jati Blora:

Pak Ustadz saya mau tanya di bulan suci Ramadhan. Setelah bangun tengah malam bolehkah melaksanakan sholat tahajud. Padahal sudah melaksanakan sholat tarawih dan witir. Mohon petunjuknya biar tidak dilema. Terima kasih.

 

Jawaban:

1. Berdasarkan dalil  berikut ini ternyata orang yang sudah mengerjakan shalat tarawih dan ditutup witir  masih boleh menambah shalat tahajud lagi di malam harinya. Adapun dalilnya adalah:

‘Aisyah ra. menceritakan mengenai shalat malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 

كَانَ يُصَلِّى ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ

 فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالإِقَامَةِ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ.

 

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan shalat tahajud 13 raka’at (dalam semalam). Beliau melaksanakan shalat 8 raka’at kemudian beliau berwitir (dengan 1 raka’at). Kemudian setelah berwitir, beliau melaksanakan shalat dua raka’at sambil duduk. Jika ingin melakukan ruku’, beliau berdiri dari ruku’nya dan beliau membungkukkan badan untuk ruku’. Setelah itu di antara waktu adzan shubuh dan iqomahnya, beliau melakukan shalat dua raka’at.” (HR. Muslim no. 738)

 

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Sholat dua raka’at setelah witir itu menunjukkan bahwa masih diperbolehkan setelah witir melaksanakan sholat sunnah (tahajud) lagi hingga menjelang adzan Subuh. (Zaad Al-Ma’ad, 1: 322-323).

 

2. Shalat malam itu tidak dibatasi jumlah raka’atnya.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,

 

 صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

 

Shalat malam itu dua raka’at salam, dua raka’at salam. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar).

Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  memberi penjelasannya.

 

3. Shalat witir pada akhir sholat tarawih hukumnya tidak wajib. Hadits dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751).

Pengertian anjuran menutup shalat malam dengan shalat witir tersebut hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Sebab, terbukti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  sesudah shalat witir masih menambah lagi dengan sholat dua raka’at yang lain. (Ibnul Qayyim: Zaad Al-Ma’ad, 1: 322-323).

 

4. Sesudah melaksanakan tarawih dan ditutup dengan witir maka tidak  boleh lagi melakukan witir yang kedua setelah melakukan shalat tahajud tambahan.

Dari Thalq bin ‘Ali, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ

Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (HR. Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An Nasa-i no. 1679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

5. Setelah mengikuti sholat tarawih berjamaah hingga selesai sampai witir (sekiranya tidak  menambah sholat sunah yang lain lagi) itu sudah lebih dari cukup keutamaannya.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

Sesungguhnya siapa saja yang shalat bersama imam hingga imam itu selesai, maka ia dicatat telah mengerjakan shalat semalam suntuk (semalam penuh).” (HR. Tirmidzi no. 806. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Riwayat lain dalam Musnad Imam Ahmad, disebutkan dari Abu Dzar ra., Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ

 

Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Tetapi kalau seseorang keluar dari jamaah shalat tarawih karena ingin menambah shalat tahajud lagi dan witir di akhir malam hari, maka ia tidak mendapatkan pahala shalat semalam suntuk. Walaupun secara syariat sholatnya tetap sah.

 

Kesimpulan:

Boleh menambah shalat tahajud walaupun sudah mengerjakan shalat tarawih dan ditutup dengan witir. Namun ketika melakukan shalat tahajud tambahan  tidak boleh lagi ditutup lagi dengan sholat witir. Adapun jumlah raka’at shalat tahajud yang  ingin ditambahkan bebas, tidak dibatasi jumlah raka’atnya.

 

Jati, 19 April 2021

Senin, 25 Juli 2016

MENGENALI GEJALA STRES PADA ANAK

Apakah Ibu pernah stress? Maaf lho Bu, kalau yang saya sapa pertama kali adalah ibu-ibu. Sebab, menurut hemat saya yang paling mengerti tentang kemauan anak-anak adalah para ibu. Pertama kali yang paham tentang perasaan anak-anak juga para ibu. Dan, pertama kali yang lebih paham tentang karakter anak-anak juga para ibu. Bukankah sejak janin masih dalam kandungan hingga anak beranjak remaja, ibu yang paling dekat dengan mereka baik secara fisik maupun psikis? 

Maksud saya begini Bu, kalaupun mungkin ibu-ibu pernah stress karena ada permasalahan tertentu, misalnya, pekerjaan rumah yang tak ada habis-habisnya, atau lagi bagi ibu-ibu yang ngantor ditambah pekerjaan kantor yang seabreg, atau bisa juga masalah ekonomi keluarga yang tak kunjung membaik. Nah, ibu-ibu jangan terus mengklaim bahwa yang bisa stress hanya orang dewasa yang setiap hari selalu menghadapi permasalahan yang tak kunjung habis-habisnya. Jangan kataka, “Kalau anak-anak kan bisanya cuma bermain dan jajan pastilah mereka selalu hapy dan gembira, nggak mungkin dia stres”.

Ingat Bu,stres itu bukan monopoli orang dewasa. Anak-anak juga bisa stres bila dalam kondisi yang terus tertekan. Semua anak, baik mereka yang masih balita maupun yang sudah sekolah bisa mengalami stres. Bila anak ibu menampakkan sikap aneh yang tidak biasa dilakukan sebelumnya, maka ketika itu ibu harus waspada. Bisa jadi anak ibu mengalami gejala stres. Waspada ya Bu! Sebab, stres yang berkepanjangan bisa membuat anak frustasi dan mendorongnya berbuat nekat.
Stres secara umum adalah kondisi emosional yang tidak stabil, yang menimbulkan perasaan yang tidak enak kepada orang yang bersangkutan.(Ibnu Nizar:2012) 

Nah, dengan demikian tugas ibu adalah menjaga perasaan anak tetap nyaman, pahami apa yang mereka mau sehingga tidak terjadi gejolak emosi yang berlebihan. Jalinlah komunikasi yang akrap dengan anak-anak! Sapalah mereka setiap ketemu! Misalnya, dari mana adik? Adik sedang bermain apa? Sebab, dengan cara demikian akan membuat anak merasa nyaman karena diperhatikan. Anak akan mudah bercerita dengan orang bila mereka mengalami suatu masalah. Pasti akan berbeda yang terjadi jika orang tua selalu diam bila berpapasan dengan anaknya, cuwek melulu seolah tidak mengenalnya.
Perasaan tidak nyaman juga bisa datang dari teman bergaulnya. Misalnya, anak ibu di sekolah mendapat nilai ulangan jelek, kemudian diluar kelas diejek oleh sekelompok temannya dan itu berlangsung berhari-hari, apa tidak stres dibuatnya.

Pada dasarnya, Ibu harus memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tingkah laku anak Ibu. Kenalilah perilaku mereka, apakah anak Ibu menunjukkan perilaku anak yang stress? Yang jelas Bu, tanda-tanda stress itu berada di balik keceriaan anak. Tanda-tanda itu antara lain:

1. Anak yang stres biasanya lebih murung, sesekali dibarengi menangis sendiri. Semangatnya menurun, hampir-hampir tidak mau melakukan aktivitas apapun.
2. Anak yang stres biasanya tiba-tiba menjadi pendiam tidak suka bercanda seperti sebelumnya
3. Anak yang stres biasanya suka menyendiri menjauh dari keramaian teman-temannya dan banyak melamun.
4. Anak yang stres biasanya suka mengurung diri berlama-lama di kamar, malas makan, dan bahkan, mandi pun dia enggan.
5. Anak yang stres biasanya ada yang menunjukkan perubahan tingkah yang ekstrim, yaitu sikapnya menjadi lebih galak, suka marah-marah terhadap siapun yang ia temui.
6. Anak yang stres biasanya pada kondisi mengalami tekanan yang hebat akan mengalami sakit mag akut atau menderita diare berkepanjangan.

Nah, setelah Ibu-ibu mengenali beberapa tanda yang menunjukkan anak sedang mengalami stres, tugas berikutnya adalah mencari penyebab, “Mengapa anak saya kok bisa stres?” Ini adalah pekerjaan yang sulit yang membutuhkan kejelian, kesabaran, dan kehati-hatian yang luar biasa agar tidak salah menentukan diagnose. Sebab, walaupun gejala yang tampak sama, misalnya dua anak ibu sama-sama sedang murung berhari-hari, tetapi penyebabnya mereka murung itu belum tentu sama. Anak yang sedang menunjukakan gejala stres memerlukan pananganan yang serius agar tidak berkepanjangan, sehingga tidak berdampak buruk pada masa depannya.
Oleh karena itu, mari kita curahkan perhatian kepada buah hati kita, ciptakan suasana yang nyaman untuh tumbuh dan berkembang mereka secara wajar. Ingat, anak adalah asset kita di masa yang akan datang, keberhasilan mereka adalah kebanggaan orang tua.

Mendeteksi Penyebab Stres pada Anak

Banyak orang yang percaya bahwa masa anak-anak dan remaja adalah masa yang penuh kenangan dan kebahagiaan. Mereka menganggap bahwa seorang anak atau remaja mustahil mengalami stres, karena mereka belum mencari nafkah atau memikirkan masalah keluarga. Pada hal sebenarnya anak-anak berpotensi lebih sering mengalami stres dari pada orang dewasa.

Pada masa tertentu, anak akan merasa stres. Namun Rebecca Baum, M. D., asisten profesor klinik anak di Nationwide Children's hospital mengatakan, "Stres merupakan bagian dari perkembangan anak karena mengalaminya akan menimbulkan koneksi baru dalam otak anak."

Kata stres adalah salah satu kata yang banyak diucapkan orang pada masa kini. Stres diartikan sebagai pengalaman emosi yang tidak nyaman, yang diikuti oleh perubahan biokimia, psikologis, dan perilaku. Pada dasarnya, stres bermanfaat bagi tubuh. Stres adalah mekanisme tubuh untuk berjaga-jaga kondisi genting. Saat stres, biasanya orang akan merasa memiliki banyak energi dan dorongan, bangkit semangatnya di luar kesadaran. Namun, jika stres berlebihan dan berkepanjangan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak kita. Oleh karena itu, apabila orang tua mengetahui anaknya mengalami perubahan fisik maupun psikis yang menunjukkan gejala stres segeralah ditindaklajuti dicari penyebab dan solusinya. Ini penting agar anak dapat segera dientaskan dari penderitaan psikis, sehingga mereka dapat tumbuh kembang dengan penuh keceriaan.

Berikut ini beberapa faktor penyebab stres pada anak, antara lain:

Pertama, idealisme orang tua. Penyebab stres yang paling utama pada anak sekolah adalah hal yang berhubungan prestasi akademik yang ditargetkan oleh orang tua. Awalnya memang target itu dimaksudkan untuk memberi motivasi. Tekanan yang diberikan oleh orang tua agar anak harus berprestasi tinggi dapat berubah dari motivasi menjadi beban psikologis anak. Ambisi besar orang tua akhirnya malah memberatkan anak. Demi ambisinya, anak pulang dari sekolah langsung dibebani harus ikut les setiap hari. Nah, apabila prestasi yang telah ditargetkan tadi tidak tercapai, maka terjadilah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Keadaan ini makin membuat anak tertekan, masih diperkuat lagi cemoohan di lingkungannya, bisa dari guru, teman, atau bahkan orang tuanya yang telah pasang target tadi.

Kedua, beban belajar yang berat dari sekolah. Kenyataan banyak siswa yang megeluhkan beratnya beban belajar dari sekolah. Rata-rata setiap hari siswa menerima empat sampai lima pelajaran, dan masing-masing pelajaran ada pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru mapel tersebut. Setiap malam seharusnya mereka belajar untuk pendalaman materi pelajaran esok hari, namun setip malam tidak bisa fokus belajar karena harus mengerjakan tugas yang diterima kemarin lusa. Pada hal selesai sekolah anak harus ikut eskul, kursus atau les ditempat lain, bagaimana anak tidak stres? Pola seperti ini tentu tidak sehat, karena anak-anak selain membutuhkan jam belajar, juga membutuhkan jam bermain untuk keseimbangan mental mereka. Jam belajar yang terlalu banyak dapat menyebabkan kejenuhan yang justru dapat menurunkan performa belajar mereka.Para orang tua dalam pekerjaannya tahu bahwa mereka sendiri butuh hiburan, namun mereka seringkali lupa bahwa anak mereka juga butuh hiburan.

Ketiga, penyebab stres yang lain, berkaitan dengan teman-temannya, karena anak usia sekolah biasanya lebih banyak berorientasi kepada temannya. Ketidakmampuannya mengikuti tingkah laku teman-temannya, menjadi sumber stres tersendiri. Misalnya, temannya sudah mempunyai HP model terbaru, sedang dia HP-nya masih jadul, atau kelengkapan sekolah lain yang dia miliki jauh ketinggalan dari teman-temanya. Dalam pergaulan sekolah anak-anak sudah memiliki tuntutan mengikuti tren teman-temannya. Bila masalah seperti ini tidak diperhatikan, akan memunculkan kesenjangan sosial. Anak yang tertinggal dari temannya akan merasa rendah diri, minder sehingga anak akan malas belajar.

Keempat, stres juga bisa terjadi lantaran hubungan anak dengan orang tua kurang intensif. Anak berharap orang tua ada dirumah tapi kenyatannya kedua orang tuanya sibuk bekerja sampai sore, sehingga mereka merasa kurang mendapat perhatian. Apa lagi kalau orang tua broken home, anak menjadi tidak teruruss, mereka bingung ke mana harus berlabuh. Hal tesebut juga bisa menyebabkan stres pada anak. Untuk itu, harus dijaga intensitas hubungan yang positif antara anak dengan orang tua, sebab,keharmonisan hubungan anak dengan orang tua akan memperkecil kemungkinan terjadi stres pada anak.

Kelima, pola asuh orang tua yang keliru juga dapat memicu stres pada anak. Anak yang dibesarkan dengan penuh toleransi dan kasih sanyang akan berbeda dengan anak yang selalu dimarahi, dicemooh, atau tidak diperhatikan.

Referensi:
Ibnu Nizar, Imam Ahmad,2009, 5 Terobosan Dahsyat Menyulap Si Kecil Jadi Luar Biasa,Yogyakarta Gerailmu
www.panadol.com/id/
www.wedaran.com/


Akibat Negatif Main HP Bagi Anak-anak

"Lho, Adik suka main HP ya," sapa Pembimbing Rohani pada RS PKU Muhammadiyah Cepu kepada anakku, Dimas. Memang ketika itu Dimas sedang menjalani rawat inap karena menderita penyakit radang tenggorokan yang kronis. Suhu badannya sangat tinggi, kalau menelan makanan selalu menangis merasa kesakitan. Susah rasanya kalau dia selalu menangis mengerang kesakitan. Untuk mengalihkan perhatian Dimas dari rasa sakitnya memang aku sediakan HP yang dilengkapi beberapa game. Jadi, waktu-waktu ketika Dimas tidak sedang tidur ya menghabiskan waktunya di kamar opname dengan main HP.

"Bapak, Ibu ... maaf ya, saya tidak bermaksud melarang Bapak atau Ibu membelikan HP untuk putranya. Hanya saya mengingatkan saja, bahwa main HP bagi anak-anak akibatnya sangat tidak baik untuk peningkatan prestasi belajarnya", lanjut Binroh tesebut memberikan penjelasan.

"Memangnya apa hubungannya prestasi belajar dengan main HP Bu", sahutku penasaran.
"Begini Bapak, ini pengalaman dari anak saya sendiri. Dulu sebelum mereka saya belikan HP, prestasi belajar mereka bisa saya katakan cukup bagus setidaknya ke dua anak saya bisa menduduki peringkat 5 besar di kelasnya. Namun, setelah mereka minta dibelikan HP, waktunya hampir-hampir dihabiskan untuk main PH, pulang sekolah langsung HP yang dipegang, pokoknya HP melulu yang urusin. Belajar pelajaran sekolahnya menurun drastis. Sudah saya ingatkan juga susah mau meninggalkan HP, kalau HP saya sita mereka menangis tak henti-hentinya. Akhirnya saya biarkan mereka main HP sepuasnya. Nah puncaknya Bapak, setelah ulangan akhir semester nilai rapotnya jelek sekali. Rankingnya berada 10 besar dari bawah. Akhirnya, saya bertanya kepada mereka, " Bagaimana kamu sudah bangga dengan nilaimu?". "Tidak Ma, saya berjanji tidak akan main HP lagi" jawabnya sambil menangis di pangkuanku. Jadi Bapak, saya berpesan saja kalau putra bapak tidak ingin jadi korban HP mohon mulai sekarang jangan biarkan dia ketagiahn main HP. Jangan terulang pengalaman anak saya yang prestasi jatuh karena main HP. Lagi pula, matanya nanti akan cepat minus," jelasnya bersemangat di depan keluargaku.

"Itu Dik nasehat dari Bu Dokter, kamu dengar toh," sahutku untuk menguatkan perhatian Dimas.

" Terima kasih ya Bu atas nasehat, kataku kepada Petugas Binroh sebelum beliau meninggalkan ruangan.

Sumber: Pengalaman pribadi pada 1 Januari 2016 ketika menjaga anakku Dimas Bagus Pratama yang sedang rawat inap di RS PKU Cepu.



Minggu, 03 Juli 2016

Meluruskan Makna 'Idul Fitri'

           Sebenarnya telah terjadi pembodohan besar-besaran oleh para mubaligh terhadap umat Islam, umatnya sendiri tentang makna Idul Fitri. Biasa yang sering terdengar pada seriap ada ceramah selalu disampaikan "Idul Fitri itu artinya kembali kepada fitrah... setiap orang yang berpuasa pada hari itu kembali suci sebagaimana bayi yang telah dilahirkan oleh ibunya bersih tanpa dosa". Nah, kalau demikian apakah sebenarnya mereka para ustadz itu tidak sadar karena belum paham bahasa Arab, atau sengaja membelokkan makna yang sebenarnya toh nyatanya sampai saat ini peserta pengajian halal bilhalal tidak ada yang protes, yang penting order manggung lancar.

               Peristiwa semacam ini pasti selalu berulang setiap tahun terutama setelah Idul Fithri, karena pada saat itu di masyarakat mulai dari tingkat RT, RW, Desa, sampai ke instansi-instansi apapun ramai-ramai menyelenggarakan halal bilhalal sebagai media silaturrahim katanya.  Pada forum itulah seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.
           
Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan makna dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.

Berikut ini kami sampaikan dasar-dasarnya:

 Pertama : “Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar”(فطر / افطار ) artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut (فطرة ) dan bukan (فطر )”.
Kedua : “Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.

 عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ : أَنْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلصَّوْمُ يَوْمُ تَصُوْمُوْنَ، وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ

“Artinya :Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya “Riyadlul Jannah” No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]

Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :

صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ

“Artinya : Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.

Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :

اَلْفِطْرُ يَِوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ

“Artinya : (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.

Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:

وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّوْمَ

“Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.

Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.

Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.

Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan Adlha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin menurut kelompoknya masing-masing.
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya :

اَلصَّوْمُ وَالْفِطْرُ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعِظَمِ النَّاسِ

“Artinya : Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin! [1]

Senin, 27 Juni 2016

Hikmah Puasa

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

 Allah menyerukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk berpuasa. Puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, dengan niat yang tulus karena Allah karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak tercela. Di samping puasa dapat menyucikan badan, dengan puasa juga dapat mempersempit jalan syaitan, maka dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim ditegaskan, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah ia menikah. Dan barangsiapa belum mampu, maka hendaldah ia berpuasa karena puasa merupakan penawar baginya.”
 Pada hadits lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.” (HR. Bukhori-Muslim)

Pada ayat ini Allah Swt jga bermaksud memberikan pengajaran kepada umat  bahwa tujuan di syariatkannya ibadah  puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Orang yang berpuasa pasti akan selalu menjaga dan mencegah dari hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. 
Implementasi sikap  takwa dalam puasa dapat  dilihat dalam  hal berikut ini:

Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia harus meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan hal-hal lain yang dapat membatalkannya, padahal sebenarnya hatinya  sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya.

Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia menyakini bahwa Allah selalu mengawasi dirinya, sekalipun dia tidak dapat melihat-Nya. Sebagaimana dalam sebuah hadits shohih disebutkan bahwa Rasulullaoh Saw bersabda yang artinya, "Beribadahlah kamu sekalian seolah-olah kamu melihat-Nya, kalaupun kamu tidak dapat melihat-Nya kamu harus yakin kalau Allah selalu mengawasi kamu". 

Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Karena mereka tahu bahwa setiap amal kebajikan di bulan Ramadhan pahalanya akan dilipatgandakan. Itulah diantara sebabnya seseorang dalam berpusa senantiasa berlomba mengerjakan amalan-amalan sholih dan ketaatan kepada Allah Swt. Hanya dengan ketaatan itulah merupakan satu-satunya jalan untuk menggapai takwa di sisi Allah Swt. Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa, semoga puasa kita diterima oleh Allah Swt.