Apakah
Ibu pernah stress? Maaf lho Bu, kalau yang saya sapa pertama kali
adalah ibu-ibu. Sebab, menurut hemat saya yang paling mengerti tentang
kemauan anak-anak adalah para ibu. Pertama kali yang paham tentang perasaan anak-anak
juga para ibu. Dan, pertama kali yang lebih paham tentang karakter
anak-anak juga para ibu. Bukankah sejak janin masih dalam kandungan
hingga anak beranjak remaja, ibu yang paling dekat dengan mereka baik
secara fisik maupun psikis?
Maksud
saya begini Bu, kalaupun mungkin ibu-ibu pernah stress karena ada
permasalahan tertentu, misalnya, pekerjaan rumah yang tak ada
habis-habisnya, atau lagi bagi ibu-ibu yang ngantor ditambah pekerjaan
kantor yang seabreg, atau bisa juga masalah ekonomi keluarga yang
tak kunjung membaik. Nah, ibu-ibu jangan terus mengklaim bahwa yang
bisa stress hanya orang dewasa yang setiap hari selalu menghadapi
permasalahan yang tak kunjung habis-habisnya. Jangan kataka, “Kalau
anak-anak kan bisanya cuma bermain dan jajan pastilah mereka selalu hapy
dan gembira, nggak mungkin dia stres”.
Ingat
Bu,stres itu bukan monopoli orang dewasa. Anak-anak juga bisa stres
bila dalam kondisi yang terus tertekan. Semua anak, baik mereka yang
masih balita maupun yang sudah sekolah bisa mengalami stres. Bila anak
ibu menampakkan sikap aneh yang tidak biasa dilakukan sebelumnya, maka
ketika itu ibu harus waspada. Bisa jadi anak ibu mengalami gejala stres.
Waspada ya Bu! Sebab, stres yang berkepanjangan bisa membuat anak
frustasi dan mendorongnya berbuat nekat.
Stres
secara umum adalah kondisi emosional yang tidak stabil, yang
menimbulkan perasaan yang tidak enak kepada orang yang
bersangkutan.(Ibnu Nizar:2012)
Nah,
dengan demikian tugas ibu adalah menjaga perasaan anak tetap nyaman,
pahami apa yang mereka mau sehingga tidak terjadi gejolak emosi yang
berlebihan. Jalinlah komunikasi yang akrap dengan anak-anak! Sapalah
mereka setiap ketemu! Misalnya, dari mana adik? Adik sedang bermain
apa? Sebab, dengan cara demikian akan membuat anak merasa nyaman karena
diperhatikan. Anak akan mudah bercerita dengan orang bila mereka
mengalami suatu masalah. Pasti akan berbeda yang terjadi jika orang tua
selalu diam bila berpapasan dengan anaknya, cuwek melulu seolah tidak
mengenalnya.
Perasaan tidak nyaman juga bisa datang
dari teman bergaulnya. Misalnya, anak ibu di sekolah mendapat nilai
ulangan jelek, kemudian diluar kelas diejek oleh sekelompok temannya
dan itu berlangsung berhari-hari, apa tidak stres dibuatnya.
Pada
dasarnya, Ibu harus memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada
tingkah laku anak Ibu. Kenalilah perilaku mereka, apakah anak Ibu
menunjukkan perilaku anak yang stress? Yang jelas Bu, tanda-tanda stress
itu berada di balik keceriaan anak. Tanda-tanda itu antara lain:
1.
Anak yang stres biasanya lebih murung, sesekali dibarengi menangis
sendiri. Semangatnya menurun, hampir-hampir tidak mau melakukan
aktivitas apapun.
2. Anak yang stres biasanya tiba-tiba menjadi pendiam tidak suka bercanda seperti sebelumnya
3. Anak yang stres biasanya suka menyendiri menjauh dari keramaian teman-temannya dan banyak melamun.
4. Anak yang stres biasanya suka mengurung diri berlama-lama di kamar, malas makan, dan bahkan, mandi pun dia enggan.
5.
Anak yang stres biasanya ada yang menunjukkan perubahan tingkah yang
ekstrim, yaitu sikapnya menjadi lebih galak, suka marah-marah terhadap
siapun yang ia temui.
6.
Anak yang stres biasanya pada kondisi mengalami tekanan yang hebat akan
mengalami sakit mag akut atau menderita diare berkepanjangan.
Nah,
setelah Ibu-ibu mengenali beberapa tanda yang menunjukkan anak sedang
mengalami stres, tugas berikutnya adalah mencari penyebab, “Mengapa anak
saya kok bisa stres?” Ini adalah pekerjaan yang sulit yang membutuhkan
kejelian, kesabaran, dan kehati-hatian yang luar biasa agar tidak salah
menentukan diagnose. Sebab, walaupun gejala yang tampak sama, misalnya
dua anak ibu sama-sama sedang murung berhari-hari, tetapi penyebabnya
mereka murung itu belum tentu sama. Anak yang sedang menunjukakan
gejala stres memerlukan pananganan yang serius agar tidak
berkepanjangan, sehingga tidak berdampak buruk pada masa depannya.
Oleh
karena itu, mari kita curahkan perhatian kepada buah hati kita,
ciptakan suasana yang nyaman untuh tumbuh dan berkembang mereka secara
wajar. Ingat, anak adalah asset kita di masa yang akan datang,
keberhasilan mereka adalah kebanggaan orang tua.